THe_G@z3Tt3  

Sabtu, 15 November 2008



THe GaZettE bioGrafi

© the GazettE
PROFIL
Dibentuk oleh kelima orang membernya. The GazettE merupakan salah satu dari band-band terkenal di label PS Company, tempat bernaung band-band lain seperti Kagrra dan alice nine. Meski musik rock yang menjadi jiwa dari band ini, mereka tidak takut untuk bereksperimen dengan musik mereka dan musik mereka luas tidak ada batasan dari soft ballad hingga punk rock bahkan beberapa lagunya terdapat unsur hip-hop. The GazettE adalah sebuah band visual, dimana penampilan mereka bervariasi dari single ke single dan album ke album, tetapi musik mereka selalu mencerminkan ‘Gazette’ dan rock.
BIOGRAFI
(catatan : Ketika pertama kali dibentuk, awal mulanya The GazettE diketahui hanya sebagai Gazette dan akan diceritakan di biografi ini tentang perubahan nama mereka).
Gazette bermula pada awal tahun 2002, terdiri dari lima angota yang kesemuanya laki-laki, meski masih muda, mereka sudah cukup berpengalaman di dunia musik. Tiga dari personelnya telah bekerjasama di band-band lama (Ma’die Kusse dan Kar+te=zyAnose); dimana vokalisnya adalah Ruki, salah satu gitarisnya Uruha dan bassisnya Reita. Dua mantan member dari Artia melengkapi formasi awal ini; Aoi pada Gitar dan Yune pada drum. Setelah resmi bergabung di label Matina, mereka merilis single pertama, Wakaremichi, dan sebuah video dalam bentuk VHS pada bulan April, melalui berbagai acara dan perilisan omnibus dengan segera mengangkat nama mereka. Band ini pun sukses menggelar oneman pertama pada bulan Oktober di tahun itu. Pada akhir tahun mereka ikut ambil bagian di acara "FINAL PRELUDE 2002~2003 Matina PRESENTS" karena label Matina ini akan bubar.Pada tahun 2003, Yune menggumumkan akan meninggalkan Gazette. Dia dengan segera digantikan oleh Kai (ex Mareydi†Creia) dan band ini lalu bergabung dengan label PS Company. Mereka ambil bagian di tur pertama bersama dengan rekannya dari band indie Hanamuke, dan merilis mini album pertama Cockyane Soup selanjutnya diikuti dengan perilisan dua mini album lainnya dua bulan sesudahnya. Pada sisa tahun, mereka melanjutkan dengan mengadakan tur Beauti-Fool's Fest 2003 bersama dengan artis lainnya seperti Merry dan D'espairsRay. Gazette menggebrak tahun 2004 dengan mengadakan oneman di Shibuya AX (konser ini kemudian dirilis dalam bentuk DVD) dan saat itu juga mereka membuka fan club secara resmi. Mendekati akhir tahun, band ini merilis DVD live kedua dan kemudian mereka memberikan fans mereka apa yang telah dinantikan lebih dari dua tahun, yaitu album perdana mereka Disorder. Di bulan Desember, mereka ikut berpartisipasi di Beauti-Fool's Fest dan menggelar sebuah tur kecil.Tahun 2005, Gazette nampaknya mengerahkan seluruh waktu mereka di bis tur atau di panggung karena hampir tiada hentinya mereka menggelar tur ke seluruh negeri. Beberapa item dirilis di antaranya tur dan photobook pertamanya "Verwelktes Gedicht", yang dijual di bulan September. Akhirnya mereka beristirahat singkat hingga bulan Desember yang dilanjutkan dengan keikutsertaannya pada acara "PEACE & SMILE CARNIVAL TOUR 2005" dengan memakai nama label dan merilis single Cassis yang menjadi single terakhir yang dirilis dibawah nama Gazette. Tahun 2006 merupakan tahun yang sangat sibuk untuk Gazette. Mereka mengganti nama dari ‘Gazette’ yang ditulis dalam huruf Jepang, menjadi The GazettE, ditulis dalam bahasa Inggris, band ini menggebrak tahun itu dengan merilis sebuah album baru Nil. Mereka dengan segera melakukan tur besar-besaran, menjangkau seluruh Jepang dengan lebih dari tiga puluh pertunjukkan. Tur finalnya diadakan di Nippon Budokan, salah satu tempat penyelenggaraan terbesar di Jepang, dan habis terjual. Mereka juga mengadakan pertunjukkan Eropa pertamanya di Jerman pada akhir Juli, untuk menyenangkan fans internasional mereka. Kemudian masih di tahun itu, mereka membuka homepage resmi versi bahasa inggris pada bulan Oktober. Mereka mengakhiri 2006 dan mengisi tahun 2007 dengan jadwal tur dan single-single baru sebelum mengumumkan perilisan album baru STACKED RUBBISH pada musim panas, dan penyelenggaran dua buah tur. Tur pertama akan dimulai pada awal Juni, yang diadakan dari musim panas hingga gugur, dan tur keduanya akan menutup bulan musim dingin. Untuk menyenangkan para fans internasional mereka, The GazettE memutuskan untuk kembali ke Eropa dengan mengadakan sebuah rangkaian tur kecil yang akan diadakan di Jerman, Perancis, Finlandia, dan Inggris pada bulan Oktober.
Monggo di lanjut...

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


v!5u@l_k3i  



Di edisi yang lalu telah dikenalkan beberapa genre musik di jepang. Kali ini saya akan membahas tentang band jepang yang menganut aliran Visual Kei. Visual kei sendiri sebenarnya bukanlah jenis atau genre musik di Jepang, melainkan suatu gerakan dalam genre J-Rock yang mengutamakan penampilan yang berkesan visual sehingga menarik penonton. Visual Kei sendiri populer pada tahun 1990an dan penampilan visual kei sendiri dimulai oleh X Japan. Penampilan yang berkesan visual itu didukung dengan kostum yang sangatlah rumit dan juga make up yang cenderung tebal. Kebanyakan band penganut visual kei itu biasanya adalah band yang beranggotakan pria. Para anggota band visual kei sendiri biasanya memiliki kesan feminim atau kalau di Jepang, mereka disebut sebagai Bishounen atau cowok cantik.
Visual Kei sendiri tidak memiliki acuan pada jenis musik tertentu, tetapi sebagian besar dari band visual kei ini memainkan musik-musik berjenis Rock, Hard Rock, Gothic, Neoclassis, dan pop. Kadang-kadang mereka memasukkan unsur rap, murmured, growling, techno dan juga unsur digital dalam musiknya sehingga dalam band visual kei sendairi memiliki berbagai macam jenis musik sehingga jika kita mendengarkan musiknya tidak terkesan monoton.
Beberapa band visual Kei yang telah terkenal antara lain L`Arc~en~Ciel(walaupun sekarang mereka telah meninggalkan penampilan visual mereka), Dir en Grey, the GazettE, Alice Nine, Kagrra, Kra, Malize Mizer, X Japan, Due’le Quartz, Luna Sea, Vidoll, Versailles, exisTrace, SADS, Lolita23q, 12012, ScReW, SuG dan sebagainya. Saking banyaknya band yang sukses karena menggunakan penampilan visual kei, di Jepang-pun tumbuh kepercayaan di kalangan komunitas band, jika ingin sukses dalam bermusik, sebaiknya pada awal debut hendaknya menggunakan penampilan visual kei.
Di Indonesia sendiri, kebanyakan para remaja atau komunitas pecinta musik jepang khususnya pecinta visual Kei sangat menyukai band Dir en Grey, the GazettE dan juga Kagrra, dan juga 12012. Untuk Dir en Grey sendiri telah dibahas pada edisi yang lalu. Pada 2 band tadi (the GazettE dan 12012) memiliki keunikan yang berbeda.

Untuk 12012 (ichi ni zero ichi ni) yang digawangi oleh Wataru Miyawaki(vo), Hiroaki Sakai(G), Yuusuke Suga(G), Tomoyuki Enya(Ba), dan Kawauchi Toru(Dr) mereka memiliki ciri khusus dalam tiap albumnya. Dalam tiap album, semua lagu diciptakan oleh sang vokalis yaitu Wataru. Tiap lagu memiliki saling keterkaitan sehingga dapat dijadikan sebuah novel. Bukan hanya tiap lagu, tiap album juga memiliki suatu keterkaitan antara satu dengan lainnya. Kepiawaian Wataru dalam menciptakan lagu sekaligus mengarang cerita bagi lagunya sangatlah mengesankan sehingga membuat para pendengar menjadi penasaran dengan kelanjutan dari cerita dari lagu tersebuat. Dalam musiknya, nuansa pop dan rock cukup mendominasi dalam setiap lagu, contohnya saja lagu Mr. Liar yang bernuansa rock dan lagu Once Again yang bernuansa pop.
Lain halnya dengan the GazettE, group band yang digawangi oleh Ruki (vo), Reita(Ba),Aoi(G),Uruha(G), dan Kai(Dr), mereka menyajikan musik-musik dengan berbagai macam unsur yang berbeda. Dalam musiknya the GazettE lebih mengutamakan dalam permainan bass Reita. the GazettE menyajikan berbagai macam genre musik dalam tiap albumnya,seperti pada album Stacked Rubbish tengoklah pada lagu Chizuru yang bernuansa slow, Agony yang bernuansa rapp, Filth in Beauty yang bernuansa rock dan Hyena penuh dengan screaming khas Ruki pada lagu ini. Dalam tiap albumya, the GazettE selalu saja memberikan terobosan baru dalam musiknya jadi tiap kali mereka mengeluarkan album, pasti banyak sekali perbedaan yang terasa antara album satu dengan yang lain. Dalam tiap penampilannya the GazettE memakai kostum yang berbeda dan sangat rumit untuk ditiru juga pemakaian make up yang sedemikian rupa sehingga membuat para personelnya menjadi berwajah ‘cantik’ sama halnya juga dengan penampilan 12012 yang juga memakai kostum yang hampir mirip jenisnya dengan kostum yang dikenakan oleh the GazettE. Jadi, jangan sampai anda terjebak ketika anda melihat PV mereka dan menemukan wajah-wajah cantik disana karena mereka semua adalah laki-laki.
Belakangan ini, di indonesia merebak demam visual kei. Tiap kali ada event acara Jepang, para pecinta visual kei seringkali melakukan cosplay dengan memakai kostum yang dikenakan oleh band kesukaan mereka dalam PV(promotion video) ataupun dalam photobook. Bukan hanya cosplayers saja yang makin menjamur di Indonesia, band beraliran visual Kei juga mulai bermunculan di Indonesia seperti Pink Cherry, C’est A Dire dan masih banyak lagi. Kebanyakan band visual kei tersebut menyanyikan lagu-lagu milik Dir en Grey, L`Arc~en~Ciel, the GazettE, Miyavi dsb.
Diharapkan dengan banyaknya band bisual kei di Indonesia dapat merubah setidaknya corak musik Indonesia yang terkesan monoton menjadi lebih berwarna dan lebih menggigit. Untuk para pemain band visual kei Jepang, saya hanya bisa memberikan 2 thumbs up untuk mereka karena musik mereka benar2 membuat saya tergila-gila dengan musik yang mereka ciptakan dan yang mereka mainkan.
CHAYOO...
n_n
Monggo di lanjut...

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


J-Genre_in_INDONESIA  

Minggu, 02 November 2008

PADA DASARNYA Japanese Pop atau yang sering disingkat dengan J-pop merupakan istilah umum yang mencakup banyak genre musik Jepang. Seperti pop, rock, rap dan soul. Aliran ini mengacu pada musik populer di Jepang.

Sedangkan J-rock, Visual Kei (penampilan kostum band-band Jepang), J-rap, lagu anime, boysband, bubblegum pop, dan girl group merupakan istilah-istilah yang masih berkaitan dengan J-pop. Namun toko-toko musik di Jepang, umumnya membagi jenis musik dalam kategori J-pop, Enka, Klasik dan kategori Internasional.

Sebenarnya istilah J-pop diambil dari sebuah stasiun radio “J-WAVE”. Istilah ini digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut Enka atau bentuk ballad dari Jepang tradisional. Selain penyanyi J-pop, seiyuu (pengisi suara) anime biasanya juga ikut menyumbangkan vokalnya dalam anime tersebut.

Akar dari J-pop berawal dari... musik Jazz yang menjadi populer pada awal era Showa, yakni era yang dimulai pada tahun 1926 oleh Kaisar Hirohito sampai dengan masa Perang Dunia II 1945.

Musik Jazz memperkenalkan berbagai jenis alat musik yang sebelumnya hanya dipergunakan untuk musik klasik dalam militer. Namun di masa Perang Dunia II, musik jazz sempat terhenti akibat tekanan dari tentara kerajaan Jepang.

Setelah masa perang berakhir, Tentara Amerika Serikat memperkenalkan kepada Jepang jenis musik khas Amerika seperti boogie-woogie, mambo, blues dan country. Tak heran bila musik-musik J-pop cenderung identik dengan beberapa musik Amerika. Hal ini dikarenakan gaya hidup orang Jepang pasca Perang Dunia II meniru gaya Amerika.

Namun, Jazz bukanlah jenis musik yang mudah dipelajari sehingga sebagian besar musisi amatir Jepang memilih untuk mempelajari musik country. Alasannya, karena musik country dianggap lebih mudah dipelajari.

Pada tahun 1956, barulah wabah Rock and Roll mulai melanda Jepang. Di sana banyak bermunculan grup-grup yang meniru Rock and Roll Amerika. Tapi puncak kejayaan aliran ini tidak bertahan lama. Turunnya pamor rock and roll di Amerika Serikat merembet ke Jepang.

Setelah itu, sebagian besar musisi Jepang mulai memadukan musik pop tradisional Jepang dengan rock and roll. Sedangkan musisi lain memilih untuk menciptakan musik yang baru,. yakni dengan mengambil lagu populer di Amerika lalu menerjemahkan liriknya ke dalam bahasa Jepang hingga muncul istilah “Cover Pop”.

Pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, para musisi Jepang mulai menerapkan aransemen lagu yang lebih kompleks. Di era ini muncul beberapa artis seperti Takura Yoshida dan Yusui Inoue. Tema cinta, kesan pribadi dan minim dengan pesan sosial mejadi tema mayoritas. Musik jenis ini kemudian disebut New Music.

Pada tahun 1980-an, muncul istilah City Pop, yaitu musik-musik yang bertemakan kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo. Karena istilah city pop kurang begitu dikenal, banyak orang sulit membedakan antara city pop dan new music. Begitu istilah tersebut menjadi populer, Wasei Pop menjadi istilah untuk mendeskripsikan baik City Pop atau pun New Music.

Barulah pada tahun 1990, J-pop menjadi sebutan umum untuk sebagian besar musik-musik populer di Jepang. Salah satu kunci kesuksesan J-pop adalah menyesuaikan perkembangan gaya musik. Seperti Namie Amuro yang berawal dari Techno lalu berubah ke pop dan akhirnya hip-hop. Karenanya Amuro sampai sekarang masih merupakan artis populer.

Tingginya laju pertumbuan J-pop hingga mencatat perubahan sountrack dalam acara anime atau acara televisi sampai empat kali setiap musim dalam setahun. Bahkan sebuah anime bisa memiliki lebih dari 56 lagu dan sedikitnya satu lagu dirilis sebagai single. Tak hanya anime saja yang menggunakan sountrack J-pop. Dewasa ini acara televisi, acara radio, film, iklan, video game, bahkan acara berita di televisi pun menyuguhkan lagu-lagu J-pop sebagai penutup acaranya.

Salah satu keunikan dari band-band Jepang adalah keunikannya dalam berkostum di atas panggung. Mereka memiliki gaya dan cara yang bervariasi. Banyak pula yang menggabungkan musik maupun kostum mereka dengan budaya tradisionalnya atau style abad pertengahan.

Style atau gaya penggung mereka biasanya dipengaruhi oleh 4 genre musik, yaitu Gothic, metal, rock, dan industrial. Style-style itulah yang biasa disebut key visual atau visual kei.

Beberapa contoh style dalam visual kei yang sering dipakai oleh band-band J-rock dan sering ditiru para cosplayers (pemakai kostum) antara lain, Gothic, Lolita, Oriental, Groom Boom, Glam, Angelic, Fetish, Fairy Tale, Mediteranean, Punk, Cyber dan Free Style.

Dari sekian banyak style itu, sebagian orang kurang memahami penerapannya. Seperti Gothic yang dikenal dengan pakaiannya yang serba hitam. Tapi sebenarnya style ini tidak selalu menggunakan pakaian seba hitam. Bisa saja warna hitam digabungkan dengan warna-warna lain. Contoh band yang selalu mengusung style ini adalah Malice Mizer dan Moi Dixmois.

Menurut mereka, penampilan visual kei merupakan hal yang terpenting bagi pemain band Jepang. Setelah itu baru kualitas musiknya. Karenanya, cosplay membuat keduanya lebih percaya diri. Terlebih bagi Fajar yang juga desainer cosplay di toko Orenji. Orenji merupakan toko penyedia pernak-pernik Jepang yang didirikan oleh sebagian dari anak-anak Zekkyo, Komunitas Jepang di dunia Cyber

Betotan bass dalam musik-musik J-rock biasanya lebih bervariasi, bahkan bisa melebihi petikan gitar. “Hal tersebut merupakan salah satu keunikan dari musik Jepang,” imbuh bassis yang nama bandnya sama dengan salah satu Caffe tempat berkumpulnya Komunitas Jepang di Surabaya, Ko-J-Tsu.

“Karena itu ada Jpop, Jrock. Je-je-an. Bisa keliatan individualis tapi menarik, kreatif. Nyaris ga da yang bosenin”
Monggo di lanjut...

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


Your_LINK

 

Design by h4r47uKu'Z_b0y'Z