J-Genre_in_INDONESIA  

Minggu, 02 November 2008

PADA DASARNYA Japanese Pop atau yang sering disingkat dengan J-pop merupakan istilah umum yang mencakup banyak genre musik Jepang. Seperti pop, rock, rap dan soul. Aliran ini mengacu pada musik populer di Jepang.

Sedangkan J-rock, Visual Kei (penampilan kostum band-band Jepang), J-rap, lagu anime, boysband, bubblegum pop, dan girl group merupakan istilah-istilah yang masih berkaitan dengan J-pop. Namun toko-toko musik di Jepang, umumnya membagi jenis musik dalam kategori J-pop, Enka, Klasik dan kategori Internasional.

Sebenarnya istilah J-pop diambil dari sebuah stasiun radio “J-WAVE”. Istilah ini digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut Enka atau bentuk ballad dari Jepang tradisional. Selain penyanyi J-pop, seiyuu (pengisi suara) anime biasanya juga ikut menyumbangkan vokalnya dalam anime tersebut.

Akar dari J-pop berawal dari... musik Jazz yang menjadi populer pada awal era Showa, yakni era yang dimulai pada tahun 1926 oleh Kaisar Hirohito sampai dengan masa Perang Dunia II 1945.

Musik Jazz memperkenalkan berbagai jenis alat musik yang sebelumnya hanya dipergunakan untuk musik klasik dalam militer. Namun di masa Perang Dunia II, musik jazz sempat terhenti akibat tekanan dari tentara kerajaan Jepang.

Setelah masa perang berakhir, Tentara Amerika Serikat memperkenalkan kepada Jepang jenis musik khas Amerika seperti boogie-woogie, mambo, blues dan country. Tak heran bila musik-musik J-pop cenderung identik dengan beberapa musik Amerika. Hal ini dikarenakan gaya hidup orang Jepang pasca Perang Dunia II meniru gaya Amerika.

Namun, Jazz bukanlah jenis musik yang mudah dipelajari sehingga sebagian besar musisi amatir Jepang memilih untuk mempelajari musik country. Alasannya, karena musik country dianggap lebih mudah dipelajari.

Pada tahun 1956, barulah wabah Rock and Roll mulai melanda Jepang. Di sana banyak bermunculan grup-grup yang meniru Rock and Roll Amerika. Tapi puncak kejayaan aliran ini tidak bertahan lama. Turunnya pamor rock and roll di Amerika Serikat merembet ke Jepang.

Setelah itu, sebagian besar musisi Jepang mulai memadukan musik pop tradisional Jepang dengan rock and roll. Sedangkan musisi lain memilih untuk menciptakan musik yang baru,. yakni dengan mengambil lagu populer di Amerika lalu menerjemahkan liriknya ke dalam bahasa Jepang hingga muncul istilah “Cover Pop”.

Pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, para musisi Jepang mulai menerapkan aransemen lagu yang lebih kompleks. Di era ini muncul beberapa artis seperti Takura Yoshida dan Yusui Inoue. Tema cinta, kesan pribadi dan minim dengan pesan sosial mejadi tema mayoritas. Musik jenis ini kemudian disebut New Music.

Pada tahun 1980-an, muncul istilah City Pop, yaitu musik-musik yang bertemakan kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo. Karena istilah city pop kurang begitu dikenal, banyak orang sulit membedakan antara city pop dan new music. Begitu istilah tersebut menjadi populer, Wasei Pop menjadi istilah untuk mendeskripsikan baik City Pop atau pun New Music.

Barulah pada tahun 1990, J-pop menjadi sebutan umum untuk sebagian besar musik-musik populer di Jepang. Salah satu kunci kesuksesan J-pop adalah menyesuaikan perkembangan gaya musik. Seperti Namie Amuro yang berawal dari Techno lalu berubah ke pop dan akhirnya hip-hop. Karenanya Amuro sampai sekarang masih merupakan artis populer.

Tingginya laju pertumbuan J-pop hingga mencatat perubahan sountrack dalam acara anime atau acara televisi sampai empat kali setiap musim dalam setahun. Bahkan sebuah anime bisa memiliki lebih dari 56 lagu dan sedikitnya satu lagu dirilis sebagai single. Tak hanya anime saja yang menggunakan sountrack J-pop. Dewasa ini acara televisi, acara radio, film, iklan, video game, bahkan acara berita di televisi pun menyuguhkan lagu-lagu J-pop sebagai penutup acaranya.

Salah satu keunikan dari band-band Jepang adalah keunikannya dalam berkostum di atas panggung. Mereka memiliki gaya dan cara yang bervariasi. Banyak pula yang menggabungkan musik maupun kostum mereka dengan budaya tradisionalnya atau style abad pertengahan.

Style atau gaya penggung mereka biasanya dipengaruhi oleh 4 genre musik, yaitu Gothic, metal, rock, dan industrial. Style-style itulah yang biasa disebut key visual atau visual kei.

Beberapa contoh style dalam visual kei yang sering dipakai oleh band-band J-rock dan sering ditiru para cosplayers (pemakai kostum) antara lain, Gothic, Lolita, Oriental, Groom Boom, Glam, Angelic, Fetish, Fairy Tale, Mediteranean, Punk, Cyber dan Free Style.

Dari sekian banyak style itu, sebagian orang kurang memahami penerapannya. Seperti Gothic yang dikenal dengan pakaiannya yang serba hitam. Tapi sebenarnya style ini tidak selalu menggunakan pakaian seba hitam. Bisa saja warna hitam digabungkan dengan warna-warna lain. Contoh band yang selalu mengusung style ini adalah Malice Mizer dan Moi Dixmois.

Menurut mereka, penampilan visual kei merupakan hal yang terpenting bagi pemain band Jepang. Setelah itu baru kualitas musiknya. Karenanya, cosplay membuat keduanya lebih percaya diri. Terlebih bagi Fajar yang juga desainer cosplay di toko Orenji. Orenji merupakan toko penyedia pernak-pernik Jepang yang didirikan oleh sebagian dari anak-anak Zekkyo, Komunitas Jepang di dunia Cyber

Betotan bass dalam musik-musik J-rock biasanya lebih bervariasi, bahkan bisa melebihi petikan gitar. “Hal tersebut merupakan salah satu keunikan dari musik Jepang,” imbuh bassis yang nama bandnya sama dengan salah satu Caffe tempat berkumpulnya Komunitas Jepang di Surabaya, Ko-J-Tsu.

“Karena itu ada Jpop, Jrock. Je-je-an. Bisa keliatan individualis tapi menarik, kreatif. Nyaris ga da yang bosenin”

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


0 komentar: to “ J-Genre_in_INDONESIA

Your_LINK

 

Design by h4r47uKu'Z_b0y'Z